Cara ampuh Adaptasi rasa pasca pernikahan............

Menikah merupakan sebuah babak baru dalam kehidupan seseorang. Disinilah beragam perubahan terjadi, dari mulai teman hidup yang selama ini adalah keluarga sampai cita cita masa depan. Pengalaman yang terjadi pada saya pernikahan merupakan sebuah anugerah dan tantangan yang patut disyukuri. Inilah secuil cerita indah hidup saya yang menyangkut banyak perubahan pasca pernikahan 5 bulan lalu yang akhirnya saya menemukan moment penting yang menjadi jawaban atas adaptasi saya selama ini.

Ketakutan saya menikah adalah disuruh suruh suami. Suami ? siapa dia ? itulah yang saya pikirkan, mengapa banyak sekali wasiat orang lain agar saya mematuhi dan mengurusi suami saya. Saya tidak siap menjadi pelayannya! Menyiapkannya sarapan pagi, mengurusi pakaiannya, Saya tidak bisa memasak , mencuci, menyetrika, selama ini Bibi yang mengerjakan semua itu.

Beruntung ternyata saya memiliki suami yang yang tidak rewel ini dan itu, tidak minta dibuatkan minum, memakai pakaian yang ada di lemari, makan ceplok telor buatan saya, yah intinya dia bukanlah sosok yang ingin dilayani dalam banyak hal. Namun dengan berjalan waktu saya mulai bertanggung jawab atas diri dia, saya terpanggil ingin membuatkan makanan kesukaannya ,mengurus pakaian dan keperluannya dengan baik.

Pernikahan adalah sebuah kebersamaan, dimana suka dan duka dilewati berdua, adakalanya saya bosan, dia menjadi teman jalan jalan, saya pun sering rewel dan menangis histeris jika hati saya tidak tenang namun dengan segenap kelembutan dia memapah keinginan dan meredakan emosi saya.

Saya juga pernah dibuat kesal dengan kelakuaan suami saya, lalu dengan tidak bicara saya marah dan mengacak acak kamar, dari mulai melempar guling hingga ngungsi pindah kamar tidur.

Hingga suatu ketika kesal pada suami yang sibuk dengan pekerjaannya saya menonton ke bioskop sendiri. Saya mematikan ponsel. Seumur hidup saya itulah kali pertama saya pede nonton sendiri hingga pulang malam. Ditengah rintik hujan sambil melihat gemerincik air dan melihat pasangan lain yang berbahagia, saya berpikir ? kenapa saya menikah dengannya ?? lalu kemana saya harus pulang sekarang ? saya menyalakan ponsel saya disana banyak miscall dan pesan dari suami saya yang kebingungan mencari saya. Akhirnya saya putuskan untuk pulang kerumah.Sesampai dirumah, dia memeluk saya dan menyatakan maaf dan kekhawatirannya, sayapun mulai menyadari ego saya mengapa saya tidak mau mengerti keadaan dirinya.

Saya akui , selama ini saya selalu tidur lebih dulu dibandingkan suami saya, tidur saya pun pulas seperti orang sakit yang susah bangun. Hingga di suatu moment beberapa hari yang lalu, suami saya tidur lebih dulu, saya tidak ngantuk karena terlalu banyak tidur siang, Saya enjoy saya menonton film tengah malam. Dia tidur sembari memeluk saya, beberapa menit kemudian saya mendengar suami saya mendengkur, tidurnya pulas rupanya. Saya jadi mengalihkan perhatian saya ke wajahnya dan melupakan film itu, saya terus menatapnya dan muncul rasa bercampur aduk, ada kasihan, ada rindu akan tawanya, ada rasa bersalah sering memarahinya. Campur campur, Lalu saya berpikir bagaimana hidup saya tanpa dirinya? Dialah yang paling berharga yang saya miliki .Biarpun sering mengesalkan saya, tapi kala tidurpun dia mendekap saya. Dia sungguh mencintai saya. hampir 1 jam saya menatapnya Saya pun mematikan televisi dan ikut tidur memeluknya seraya berjanji dalam hati” Sayang besok aku akan lebih baik” mmuuuuuuuuuuuah



http://pancaroba.com
Blogged with the Flock Browser

Tidak ada komentar: